Bayangkan lo lagi suka sama seseorang. Bukan, bukan cinta atau sayang, tapi cuma suka atau kagum. Dan saking kagumnya, rasa itu berubah jadi penasaran. Lo mulai ngintip tweet-tweetnya, status-status facebooknya, foto-fotonya, apapun.
Gue lagi gak ngomongin pengagum rahasia. Lo kenal dia, dia kenal juga sama lo & dia tahu kalo lo suka sama dia karena lo pernah berusaha jujur. Just, dia gak tahu kalo rasa suka lo melebihi apa yang dia pikirkan. Kita sebut saja diri kita sang pengagum, gak pake rahasia. Oke? Sip.
Kalaupun ada rahasia di sini, mungkin kayak yang gue lakukan 2 hari yang lalu. Gue di depan rumahnya, tengah malam, malam jumat pula. Puluhan kilometer dari rumah cuma bisa sekedar mampir untuk melihat rumahnya doang. Awalnya pengen beli Heineken biar perut hangat di udara yang kebetulan waktu itu lagi haram jadah dinginnya, tapi sepertinya perpaduan antara cowok, jaket kulit hitam & bir di jam 1/2 1 malam bisa menimbulkan sentimen buruk dari orang yang ada di sekitar situ. Gue gak mau diteriakin maling sama sekumpulan orang yang lagi pada mangkal di sekitar situ. Jadilah gue beli susu Bear Brand. Iya, cupu banget. Dan gue pun melanjutkan menatap rumahnya dari seberang jalan.
Anyway, kadang keromantisan itu datang ketika kita lagi sendiri dan membayangkan apa yang bisa kita lakukan bareng si dia.
Memandang gerbang rumahnya sambil berharap dia keluar buat sekedar nyapa, sekedar tanya kabar dan lempar senyum, tapi lo tahu kalau itu gak akan terjadi karena sudah tengah malam. Lagipula, dia juga pasti kecapean karena habis kerja dan lo gak mau mengganggu dia dengan sms atau misscall gak mutu.
Atau mungkin berharap di kesempatan berikutnya lo benar-benar diperbolehkan untuk masuk ke rumahnya buat sekedar main sebentar, sekedar bisa kenalan sama ibu-bapaknya, tapi lo tahu kalo itu gak akan terjadi karena dia cuma mau mengenalkan pacar yang benar-benar mantap ke keluarganya. Lo (masih) bukan siapa-siapanya dia dan lo sangat menghormati itu.
Pada akhirnya, gue cuma bisa memandang rumahnya sampai susu kalengnya habis. Nggak apa-apa, sekedar membayangkan semua di depan rumahnya itu sudah cukup.
Kita, sebagai sang pengagum, juga tahu jadwalnya yang super sibuk. Gimana lo mau sms dia sekedar pengen tahu apa yang dia lakukan meski lo udah tahu dari twitter, facebook atau obrolan kalian sebelumnya, tapi kemudian gak jadi karena takut gak dibales, takut malah ganggu, takut dianya bosen lo sms terus. Atau gimana lo mau telpon pas dia sakit, tapi lagi-lagi takut dia malah gak bisa istirahat gara-gara tergganggu.
Tapi akhirnya lo tetap sms atau telpon dia karena itu, bagi lo, sangat melegakan. Lo gak peduli lagi tanggapannya, lo mulai main untung-untungan sama takdir.
Lo tahu periode bulanannya, lo tahu ukuran behanya, lo tahu siapa aja yang lagi ngedeketin dia, lo tahu nilai kuliahnya, lo tahu mau apa dia abis lulus nanti, lo tahu tipe pasangan kayak gimana yang dia mau. Iya, lo tahu semua tentang dia dan dia tahu itu karena lo bukan pengagum rahasia, lo pengagum apa adanya. Hanya saja, dia gak tahu kalau ketertarikan lo ke dia sebesar itu.
Semua hal kecil yang dia lakukan, lo tahu. Semua pencapaiannya adalah inspirasi lo. Senyumnya di foto yang ada di hape lo adalah semangat pagi lo. Dan dia gak tahu semua itu.
Karena itu, tiap sang pengagum juga pasti merasa takut kalau ternyata dia sebenarnya adalah sang pemimpi yang ternyata selama ini hanya mengagumi dalam hati, sementara orang yang dia suka bahkan tidak mempunyai perasaan apa-apa.
Hei, aku akan selalu meletakkan setangkai bunga di samping bantalmu, tanpa nama dan kartu ucapan. Aku tak berharap kau tahu itu dari aku.
Dan jika nanti kau menyadari keberadaanku, diam saja di tempatmu. Tak perlu buru-buru buka pintu. Iya, ini cuma aku.